CILEGON, – Momen Hari Sumpah Pemuda yang seharusnya diwarnai semangat pemuda membangun bangsa, di Kota Cilegon justru dinodai oleh maraknya peredaran obat keras golongan G. Pasar Keranggot disinyalir menjadi salah satu pusat utama transaksi jual beli obat terlarang jenis Tramadol dan Excimer.
Aroma bisnis gelap ini kian menyengat di tengah keramaian Pasar Keranggot. Seorang pria berinisial Whu, yang disebut-sebut berasal dari Aceh, diduga kuat menjadi otak di balik sindikat ini, mengendalikan distribusi masif obat-obatan yang dijual tanpa resep dokter.
Transaksi Senyap Targetkan Anak Muda
Modus operandi yang digunakan tergolong sistematis, yakni melalui transaksi tunai di tempat (Cash On Delivery – COD). Para pembeli, yang mayoritas adalah anak muda, datang silih berganti ke emperan pasar yang telah ditetapkan sebagai titik temu antara pembeli, "bos", dan kaki tangan lapangan.
“Bos obat-obatan terlarang itu diduga kuat berinisial Whu, pria asal Aceh,” ungkap Hendi, seorang pemerhati sosial asal Banten, kepada wartawan melalui pesan singkat pada Sabtu (28/10/2025). Hendi selama ini dikenal getol mengkritisi lemahnya pengawasan terhadap peredaran obat keras di wilayahnya.
Pengawasan Aparat Dipertanyakan
Yang menjadi ironi adalah, praktik peredaran obat keras golongan G ini seolah luput dari pantauan aparat, bahkan di tengah maraknya laporan masyarakat dan pemberitaan media lokal.
Kelemahan pengawasan ini tidak hanya disorotkan kepada Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) serta Dinas Kesehatan, tetapi juga kepada aparat penegak hukum yang memiliki kewenangan penuh untuk menindak para pelaku.
Hingga berita ini diturunkan, belum ada keterangan resmi yang berhasil diperoleh dari pihak kepolisian maupun BPOM terkait dugaan keterlibatan pria asal Aceh berinisial Whu yang disebut-sebut sebagai "pengendali" peredaran obat keras di Pasar Keranggot. Aparat diminta segera bertindak tegas untuk menyelamatkan generasi muda Cilegon dari bahaya obat-obatan terlarang. (*/Red)
